Jangan Anggap Remeh, Orang Tanpa Gejala (OTG) Bisa Menularkan COVID-19

Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2020)

INFODENPASAR.ID, Denpasar – Sekretaris Daerah Provinsi Bali yang juga Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra meminta masyarakat setempat untuk tidak menganggap remeh penularan COVID-19 melalui orang tanpa gejala (OTG).

“Ini (terpapar karena OTG-red) jangan dianggap remeh, kalau menginfeksi yang muda-muda, imun kuat, antibodi kuat, jikapun positif pasti cepat sembuh. Tetapi kalau yang mengenai kelompok manula akan menimbulkan sakit dan ketika dirawat di rumah sakit, sembuhnya menjadi lama karena imunnya sudah lemah,” kata Dewa Indra disela acara Penutupan Bulan Bung Karno, di Denpasar, Selasa (30/6/2020).

Apalagi, menurut dia, belakangan pertambahan kasus positif COVID-19 didominasi oleh OTG dan sudah mengenai kaum lanjut usia.

“Pedagang-pedagang di pasar (yang positif COVID-19) itu pasti lansia, jadi mulai mengenai itu. Lansia-lansia ini juga yang kini dirawat di RS,” ucap birokrat asal Pemaron, Kabupaten Buleleng itu.

Dengan semakin banyaknya lanjut usia di Bali yang terpapar COVID-19, Dewa Indra mengakui tingkat kesembuhan pasien positif COVID-19 di Bali juga melambat.

Berdasarkan data GTPP COVID-19, kasus positif di Provinsi Bali hingga Selasa (30/6) secara kumulatif menjadi 1.493 orang (ada penambahan 49 kasus baru), sedangkan secara kumulatif yang sembuh 798 orang (53,44 persen), dan secara kumulatif yang meninggal 14 orang. Untuk pasien yang dalam perawatan atau kasus aktif sebanyak 681 orang (45,61 persen).

Dari 1.493 kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali, secara kumulatif jumlah OTG sebanyak 782 orang (52,38 persen).

Dewa Indra menambahkan, bagi pasien positif COVID-19 yang tergolong orang tanpa gejala (OTG) dirawat di sejumlah tempat karantina yang dikelola Pemprov Bali, termasuk juga menggunakan dua hotel untuk tempat karantina.

“Dari hari kehari jumlah pasien positif memang meningkat terus, tetapi tidak usah khawatir karena perintah Bapak Gubernur untuk melakukan ‘tracing’ masif. Kalau masih kurang, kami sudah menyiapkan tempat karantina,” ujarnya.

Yang dirawat di tempat karantina, lanjut dia, juga relatif lebih cepat sembuhnya. Mereka yang dirawat di tempat karantina dengan aktivitas olahraga, berjemur, tambahan madu dan suplemen cepat sehat. Berbeda dengan yang positif COVID-19 yang dirawat di RS lebih lama sembuhnya karena mayoritas sudah lansia.

“Oleh karena itu, pencegahan COVID-19 tetap penting, disiplin mematuhi protokol kesehatan juga penting,” kata mantan Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali itu.

Di sisi lain, ujar dia, lonjakan kasus positif COVID-19 di Provisi Bali sepanjang Juni 2019 karena dilakukan “tracing” atau pelacakan secara masif untuk mengetahui berapa sebenarnya warga masyarakat yang terpapar COVID-19.

“Sebab kalau tidak melakukan tracing secara masif, maka kita hanya menunggu laporan, ada orang yang demam, yang batuk datang ke fasilitas kesehatan, diperiksa. Kalau seperti itu datanya semu, tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Karena kalau dilihat OTG ini ‘kan sehat, mereka pasti tidak akan datang ke RS karena dia sehat dan tidak ada gejala,” ujarnya.

“Tracing” masif, lanjut Dewa Indra, juga sesuai arahan Gubernur Bali karena Bali bersiap-siap membuka aktivitas sosial ekonomi masyarakat. “Jika tidak dibersihkan dulu, bisa menjadi tertunda rencana membuka aktivitas sosial ekonomi masyarakat,” ucapnya.


Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Kantor Berita ANTARA