Atasi Kecemasan di Fase Normal Baru Dengan “Mindfulness”

Ilustrasi (Pixabay)

INFODENPASAR.ID, Jakarta (11/07/2020) – Ketenangan batin diperlukan dalam menghadapi situasi tak menentu yang telah terjadi akibat wabah virus corona, salah satu caranya dengan mempraktikkan teknik “mindfulness”.

Kecemasan yang berlebihan dapat berimbas pada kesehatan fisik, membuat fungsi tubuh tidak optimal. Psikiater Elisa Tandiono dari RS Pantai Indah Kapuk juga menyarankan agar orang-orang mempraktikkan “mindfulness” agar tidak terjebak dalam rasa cemas yang tak berujung.

Apa itu “mindfulness”?

“Mindfulness” adalah melatih pikiran agar sadar secara penuh dan hadir secara utuh saat ini. Pikiran dipusatkan kepada apa yang terjadi saat ini, tidak mengembara ke masa lalu atau masa depan.

“‘Mindfulness’ adalah menempatkan kesadaran pada momen saat ini,” kata praktisi Mindfulness dari Mindfulness Indonesia Zaneti Sugiharti kepada ANTARA.

Semua aktivitas, sesederhana apa pun, bisa dijalani dengan teknik “mindfulness”. Ketika sedang minum kopi, Anda bisa memusatkan perhatian kepada aroma kopi, kehangatan cangkir dan rasanya di mulut Anda.

Metode ini jadi tren yang semakin meningkat dalam 15 tahun belakangan seiring pencarian metode alternatif penanganan gangguan mental dan psikologis.

Dalam fase normal baru, ketakutan mengenai virus corona wajar dialami. Lewat metode ini, orang-orang diajak untuk menghadapi kecemasan dengan fokus melakukan apa yang bisa dikontrol, bukan apa yang ada di luar kontrol.

Dia mencontohkan cara menghadapi kekhawatiran tertular virus corona saat naik kendaraan umum untuk pergi ke kantor.

Daripada membayangkan kemungkinan terburuk, lebih baik perhatian dipusatkan untuk melakukan segala tindak pencegahan dengan protokol kesehatan.

“Andalkan apa yang bisa dilakukan dengan panca indera. Pakai masker, hand sanitizer, jaga jarak, jangan sentuh bagian yang berisiko. Jalani saja, jangan fokus apa yang belum terjadi atau hal lain yang di luar momen saat ini,” tutur dia.

Napas

Mengatur napas jadi kunci penting dalam “mindfulness”. Bernapas adalah kegiatan yang terjadi secara otomatis, sehingga kadang kala kita lupa untuk memperhatikannya.

Cara menempatkan kesadaran pada apa yang sedang terjadi adalah mengatur, memperhatikan dan fokus pada napas.

“Di situ nanti pikiran yang lalu lalang akhirnya terpusat pada napas, jadi ilusi ketakutan itu menghilang,” katanya.

Praktikkan latihan napas kapan saja agar pikiran bisa lebih tenang. Jika sudah sering berlatih, Anda bisa mengingatkan diri untuk fokus pada momen saat ini ketika muncul sesuatu yang mengundang emosi atau kekhawatiran.

Terkesan sederhana, tapi ini bermanfaat, kata Zaneti.

“Misalnya, saat menyetir di jalan lalu kita diklakson terus oleh kendaraan lain. Kalau emosi tidak dikontrol, rasa kesalnya bisa terbawa sampai kantor dan kualitas pekerjaan menurun.”

Dengan menerapkan teknik “mindfulness”, rasa kesal sesaat langsung diredakan sehingga kualitas hidup bisa lebih baik.

Jaga pikiran agar tenang dengan membatasi diri dari informasi yang berseliweran, yang kebenarannya belum terjamin. Bijaklah mengonsumsi informasi. Bila ada yang mengejutkan, beri jeda untuk mencerna dan mengecek kembali akurasi informasi tersebut.

Kerja dari rumah

Zaneti memberikan kiat untuk menerapkan “mindfulness” ketika sedang bekerja di rumah. Bila Anda juga sibuk mengurus rumah dan anggota keluarga, berusahalah untuk memberikan perhatian secara seimbang.

Jangan terlalu tenggelam kepada pekerjaan hingga tidak acuh kepada buah hati atau pasangan.

Di sisi lain, jangan sampai urusan di rumah pun mengganggu pekerjaan Anda.

“Tidak boleh terlalu melekatkan diri dengan peran tertentu, berikan porsi seimbang. Kita harus mampu kasih batasan. Ketika jam kerja, kerja. Saat jam keluarga, curahkan untuk keluarga,” kata dia.

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Alviansyah Pasaribu

Kantor Berita ANTARA