Lonjakan COVID-19, Australia Lockdown 300.000 Orang di Pinggiran Melbourne

Warga berjalan di depan Sydney Opera House menyusul pelonggaran aturan yang dilaksanakan untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Sydney, Australia, Selasa (23/6/2020). REUTERS/Loren Elliott/hp/cfo (REUTERS/LOREN ELLIOTT)

INFODENPASAR.ID, Melbourne – Pihak berwenang akan membatasi pergerakan (lockdown) 300.000 orang di pinggiran utara Kota Melbourne selama satu bulan mulai Rabu malam, untuk menahan risiko penularan COVID-19 setelah mencatat lonjakan kasus selama dua pekan terakhir di negara bagian terpadat kedua di Australia.

Negara bagian Victoria mencatat 73 kasus baru dari 20.682 tes pada Selasa (30/6), menyusul peningkatan 75 kasus pada hari Senin (29/6).

Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews memperingatkan bahwa kembalinya pembatasan yang lebih luas di seluruh kota tetap memungkinkan.

“Jika kita semua tetap bersama selama empat minggu ke depan, kita dapat memperoleh kembali kendali atas transmisi komunitas di seluruh metropolitan Melbourne,” kata Andrews, Rabu (1/7/2020).

Lonjakan kasus-kasus baru di Victoria telah dikaitkan dengan staf di hotel-hotel yang menampung para pelancong yang tidak mengikuti protokol karantina. Otoritas negara bagian Victoria telah mengumumkan penyelidikan atas masalah ini.

Mulai Rabu tengah malam, lebih dari 30 pinggiran kota di Victoria akan kembali memberlakukan pembatasan tahap tiga, tingkat terketat ketiga dalam penguncian untuk mengendalikan pandemi.

Itu berarti orang-orang akan diharuskan tinggal di rumah kecuali untuk belanja bahan makanan, urusan kesehatan, pekerjaan atau pengasuhan, dan olahraga.

Pembatasan akan disertai dengan uji cepat yang diharapkan pihak berwenang akan meluas ke setengah populasi daerah yang terkena dampak, dan yang perbatasannya akan dipatroli, kata pihak berwenang.

Langkah-langkah tersebut dilakukan saat pembatasan di seluruh negara bagian Victoria, dengan restoran, gimnasium, dan bioskop dibuka kembali dalam beberapa pekan terakhir.

Australia bernasib lebih baik daripada banyak negara dalam pandemi ini, dengan sekitar 7.830 kasus dan 104 kematian. Namun, lonjakan kasus baru-baru ini telah memicu kekhawatiran gelombang kedua COVID-19, menggemakan keprihatinan yang diungkapkan di negara-negara lain.

Secara global, kasus virus corona melebihi 10 juta pada Minggu (28/6), dan telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dalam tujuh bulan terakhir.

Sumber: Reuters

Pewarta : Yashinta Difa Pramudyani
Kantor Berita ANTARA