Antisipasi Penyakit, Perlakukan Ternak Babi Selayaknya Manusia

Dokter I Gd. Deni Surasandi,Sp.OG dan peternakan babi yang dikelolanya di Denpasar. (foto IDP)

INFODENPASAR.ID, Denpasar – Peternakan Babi di Bali telah mengalami kendala, dengan munculnya virus ASF (African Swine Flu). Virus ini setidaknya sudah menewaskan 800 ekor babi di Bali.

Menurut I Gd. Deni Surasandi, di temui di Warung Pitu, Denpasar, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam beternak Babi. Yang utama adalah memperlakukan ternak Babi layaknya manusia, yaitu memberikan kenyamanan, keamanan dan kesehatan.

Menurut dokter kandungan yang juga seorang peternak Babi ini, pencegahan penyakit tentu dimulai dari kandangnya, apakah sudah bersih selalu. Karena Babi selama ini dicitrakan binatang yang jorok, maka banyak peternak membiarkan kandangnya tidak terawat secara baik, bahkan tanpa sistem pembuangan kotoran yang memadai. “Kotoran Babi dapat bercampur dengan tanah dan sisa makanan, suatu kondisi yang mudah membuat babi rentan tertular penyakit.” Paling tidak sehari dua kali, kandang dan babi harus dibersihkan dan seminggu dua kali disemprot dengan disinfektan.

Kedua, perangai babi harus dipahami oleh peternak. Babi sangat mudah stress apabila ‘pig handling’ tidak mengikuti perangainya. Misalnya, memindahkan babi dari satu kandang ke kandang lain secara paksa adalah stressor berat bagi babi, yg dapat memicu depresi pada babi. Akibatnya babi tidak mau makan dan penurunan daya tahan tubuh.

Begitu pula makanan yang akan digunakan sudah harus dipastikan aman dari binatang atau serangga yang bisa menjadi vektor pembawa virus. Deteksi dini babi sakit mutlak menjadi SOP. Bisa dari konsistensi dan warna kotoran, tidak mau makan, peningkatan suhu, dll. Bila ada babi sakit, cepat dipisahkan dari yang sehat dan mendapat penanganan.

Babi harus mendapat makanan yang bergizi dan sebaiknya tidak dari limbah hotel, restoran ataupun penerbangan. “Karena makanan jenis ini rentan ditumpangi oleh virus,” jelas dokter alumnus Universitas Udayana, asal Buleleng ini.

Terkait pakan dari limbah, Deni bisa memaklumi pilihan peternak untuk mengurangi biaya pakan yang saat ini relatif mahal. Karena itu, Deni usul, agar pemerintah memperhatikan dan memikirkan kemungkinan adanya pabrik pakan ternak berkualitas dengan harga terjangkau, atau pemerintah memberi subsidi harga pakan ternak, serta regulasi ketat stabilitas harga babi sehingga peternak di Bali bisa tetap eksis dengan usahanya.

Deni yang memilihara ratusan Babi ini, menyebutkan, peternak tidak perlu membuat kandang yang mewah. Kandang bisa dibuat sederhana, asal ada sistem membuang kotorannya, kandang bisa bersih setiap waktu dan sebaiknya pula, para peternak atau pekerjanya juga memakai alat pelindung bila keluar masuk kendang, juga sepatu boat dan pelindung dada. Pertama untuk melindungi peternak atau pekerjanya dari kemungkinan terinfeksi, juga untuk Babi terlindungi dari infeksi baru dari luar.

Kematian Pertama di Pesanggaran

Pada berita sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ir. Ida Bagus Wisnuardhana menjelaskan bahwa sebanyak 808 ekor babi mati dinyatakan terkena Flu Babi Afrika atau African Swine Flu (ASF).

“Jadi telah terjadi kasus kematian babi massal yang pertamanya terjadi di Pesanggaran kemudian ada di Denpasar, Badung, kira – kira itu pertengahan Desember. Jadi segera diambil sampelnya karena sebelumnya itu masih ragu penyebabnya apa. Selain itu, memang penyakit babi mati rata – rata sama gejalanya,”kata Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, usai dikonfirmasi di Denpasar, Rabu (05/02/2020).

Pewarta : Iwan Darmawan