Desa Sumerta Kelod Bentuk Perpustakaan Desa Cegah Kenakalan Remaja

Suasana saat siswa sekolah dasar di wilayah Desa Sumerta Kelod membaca buku di Perpustakaan Desa, Jumat (26/9/2020). (Antara/Ayu Khania Pranisitha/2020)

INFODENPASAR.ID, Denpasar – Desa Sumerta Kelod, Denpasar Timur, Bali membentuk dan mengembangkan perpustakaan desa dengan menyasar pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK guna mencegah maraknya kenakalan remaja terutama di masa COVID-19.

“Melihat fenomena pergaulan bebas dan kenakalan remaja seperti trek-trekan saat ini, kita telusuri penyebab dari masalah itu, sehingga kami temukan pembentukan karakter sejak dini yang baik itu sangat diperlukan. Jadi kita bangun perpustakaan ini,” kata Kepala Desa Sumerta Kelod I Gusti Ketut Anom Suardana saat dikonfirmasi di Denpasar, Sabtu (26/09/2020).

Ia mengatakan pentingnya pembentukan karakter di usia dini sebagai salah satu cara mencegah munculnya bermacam-macam kenakalan remaja. Perpustakaan desa sekaligus dapat menumbuhkan minat baca anak yang saat ini semakin berkurang karena keberadaan gadget.

Perpustakaan Desa Sumerta Kelod memiliki sekitar 600 buku dengan kategori buku untuk pelajar sekolah dasar, SMP, SMA/SMK hingga bacaan umum dan beragam pengetahuan lainnya.

“Perpustakaan ini sudah berdiri sejak 2016, namun prosesnya efektif sejak 2018. Selain baca buku, ada kegiatan keterampilan lainnya, seperti melukis, membuat anyaman, membuat masker, karena sekarang lagi COVID dan kreasi-kreasi lainnya yang diajarkan oleh relawan,” ucap Anom Suardana.

Pihaknya juga membuka kesempatan bagi mahasiswa di Bali yang ingin menjadi relawan dan mengajar anak-anak yang datang ke perpustakaan desa ini.

Ia menambahkan selain bisa membaca buku, bersama relawan juga membantu anak-anak yang sedang sekolah daring untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Selain itu, jaringan internet juga disediakan secara gratis untuk belajar di perpustakaan desa ini.

Menurutnya, perbandingan sebelum dan setelah COVID-19, tentu ada perbedaan. Sebelum COVID, jumlah anak tidak dibatasi, tapi setelah adanya COVID jumlah anak dan waktu kehadiran tiap harinya sangat dibatasi.

“Dulu per harinya bisa sampai 15 anak dan berbeda-beda asal sekolah, sekarang kami batasi hanya 7-10 anak saja dengan batas waktu maksimal dua jam,” katanya.

Anom Suardana menjelaskan anak-anak atau pelajar yang datang ke perpustakaan desa ini juga dibekali edukasi terkait protokol kesehatan. Mulai dari penggunaan masker, cuci tangan dan disiplin menjaga kebersihan diri setelah datang dari luar rumah.

“Sekarang saya harapkan anak-anak yang mendapatkan edukasi ini, di rumahnya membentuk satgas kecil untuk selalu mengingatkan pentingnya melakukan protokol kesehatan, seperti cuci tangan yang benar, penggunaan masker dan sebagainya,” katanya.


Oleh : Ayu Khania Pranishita
Editor : Endang Sukarelawati

Kantor Berit ANTARA