Desa Tembok-Buleleng Siapkan 25 Jenis Pekerjaan Bagi Warga Ter-PHK

Pemerintah Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, menyiapkan sebanyak 25 jenis pekerjaan alternatif bagi warga desa itu yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dampak pandemi COVID-19. (Antara News Bali/Made Adnyana/2020)

INFODENPASAR, Singaraja – Pemerintah Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, menyiapkan sebanyak 25 jenis pekerjaan alternatif bagi warga desa itu yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena dampak pandemi COVID-19.

“Pandemi ini menyebabkan banyak warga perantauan asal Desa Tembok yang diberhentikan berkerja dan kembali ke desa, dan kami menyiapkan pekerjaan alternatif bagi mereka ketika mereka sudah kembali ke desa,” kata Perbekel atau Kepala Desa Tembok, Dewa Komang Yudi Satra, di desa setempat, Kamis (23/04/2020).

Menurut Dewa Komang Yudi, program kerja alternatif yang disiapkan untuk warga yang terdampak pandemi COVID-19 itu adalah program padat karya nonfisik, dari bidang lingkungan hingga ketahanan pangan.

Warga yang berminat diminta untuk mendaftarkan dirinya, dan tahap awal akan dilakukan pelatihan sesuai bidang pekerjaan yang dimintai. Pekerjaan itu antara lain, menjadi petugas kebersihan lingkungan dan pantai, monitoring pengelolaan sampah rumah tangga, pembuatan dan monitoring struktur artificial reef dan deployment di zona rehabilitasi terumbu karang, serta bidang pemeliharaan dan penataan fisik desa.

Selain itu, bidang pertanian disiapkan pekerjaan membersihkan lahan tanam, pengolahan lahan tanam, penanaman dan perawatan tanaman pangan, hortikultura, perawatan pohon mangga, dan produksi garam laut. Di bidang konveksi seperti menjahit masker, menjahit laundry bag, dan menjahit APD untuk tenaga medis yang menangani COVID-19.

“Selain itu, ada juga di bidang pengolahan pangan, bidang kesehatan, bidang pendataan desa, bidang seni, dan bidang jasa,” katanya.

Hingga kini telah terdaftar sebanyak 38 warga dan pendaftaran terus dibuka selama sepekan untuk periode pertama. “Program ini disiapkan untuk tiga bulan ke depan, dan setiap warga akan mendapatkan kompensasi upah sekitar Rp30.000 hingga Rp70.000 per hari sesuai dengan waktu kerja dan beban kerjanya,” katanya.

Dewa Komang Yudi mengatakan, sejak bertahun-tahun warga Desa Tembok memang dikenal sebagai perantau. Penduduk Desa Tembok berjumlah 2.350 KK atau 7.396 jiwa, dan hampir setengah dari warga Desa Tembok yang berusia produktif merantau ke luar desa untuk bekerja.

Paling dekat, mereka merantau ke Singaraja, tapi paling jauh bisa sampai ke luar negeri. “Warga Tembok paling banyak bekerja di Denpasar, Badung dan Gianyar,” katanya.

Pekerjaan yang mereka tekuni, kata Dewa Komang Yudi, sangat beragam, seperti jadi guide, spa therapist, pekerja restoran, dan hotel. Ada juga warga bekerja di sentra perajin perak atau menjadi pedagang di pasar.

“Nah, yang paling banyak, sekitar 600 warga Tembok menjadi sopir di Denpasar, Kuta, Gianyar dan sekitarnya. Kebanyakan menjadi sopir taksi, selain banyak juga menjadi sopir freelance,” katanya.

Warga Tembok yang menjadi pekerja migran, seperti bekerja di kapal pesiar juga ada. Dari hasil pendataan, sebanyak 16 pekerja migran sudah pulang, dan sekitar 18 orang masih di luar negeri.

“Kami terus melakukan pendataan, dan kami menyebarkan form lewat google, agar warga Tembok di mana pun berada bisa melaporkan dirinya dengan cara mengisi form itu,” katanya.

Dewa Komang Yudi mengakui banyak warga Desa Tembok yang terkena PHK. Banyak yang langsung pulang ke desa, banyak juga yang tetap berada di tempat perantauan dengan beralih pekerjaan. Misalnya, banyak sopir yang dirumahkan, lalu beralih pekerjaan menjadi tukang bangunan. “Kami terus melakukan pendataan,” katanya.

Secara terpisah, pegiat budidaya padi organik asal Jawa Timur, Hadi, menjelaskan pekerjaan yang relatif tidak terpengaruh situasi, termasuk pandemi COVID-19, adalah bidang pertanian, karena dalam situasi apapun akan tetap pergi ke sawah untuk menanam dan menuai padi.

“Sektor perdagangan saat ini cukup sepi pembeli dan sulit mengupah karyawan, namun berbeda dengan petani yang tulus memakmurkan bumi dan bersahabat terik mentari, maka kini mereka tetap bersyukur, ada yang membawa sayuran dijual ke pasar di kecamatan, ada yang membawa ubi, ada yang membawa kopi, ada yang menjual buah ke pasar,” katanya.

Hal itu, ujar dia, membuktikan bahwa kekuatan fundamental ekonomi adalah pertanian, karena itu negara ini seharusnya konsisten dalam mengelola pertanian dan masyarakat pun tak memandang sebelah mata pada profesi petani.

“Kalau negara ini konsisten mengelola pertanian dengan benar dan baik, maka dunia akan bergantung dengan Indonesia. Sektor ini pun tidak terpengaruh oleh tragedi yang menggemparkan warga dunia saat ini. Politik, IT, pariwisata, dan lainnya bukan sektor yang mampu bertahan dalam tragedi,” katanya.

Pewarta : Naufal Fikri Yusuf
Editor : M Razi Rahman

Kantor Berita ANTARA