Indonesia-Seacleaners Luncurkan Kapal Pengangkut Sampah di Laut Bali

Sejumlah wartawan dan tim dokumentasi mengambil gambar proses pemilahan sampah di atas kapal pengangkut sampah Mobula 8 milik SeaCleaners yang mulai beroperasi di perairan sekitar Pelabuhan Tanjung Benoa, Denpasar, Bali, Senin (20/3/2023). ANTARA/Genta Tenri Mawangi

INFODENPASAR, Denpasar – Pemerintah Indonesia bekerja sama lembaga nonprofit asal Prancis SeaCleaners meluncurkan kapal pengangkut sampah Mobula 8 untuk beroperasi di sekitar perairan Tanjung Benoa, Denpasar, Bali, Senin (20/03/2023).

Kapal itu, yang berlayar langsung dari Prancis, bakal mengangkut sampah di wilayah Indonesia selama 2–3 tahun di Bali, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, dan Raja Ampat di Papua Barat.

“Bali dipilih menjadi tempat operasi tahap pertama Mobula 8 karena Bali merupakan wajahnya Indonesia, turis dari berbagai negara ada di sini, dan Bali juga menjadi tuan rumah banyak event internasional. Oleh karena itu, kami di sini ingin menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia concern dengan kebersihan laut,” kata Pelaksana Tugas (Plt.) Asisten Deputi Keamanan dan Ketahanan Maritim Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi Helyus Komar selepas acara peluncuran kapal di Pelabuhan Tanjung Benoa, Denpasar, Senin.

Dia menjelaskan peluncuran kapal pengangkut sampah hasil kreasi SeaCleaners merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman kerja sama (MoU) yang diteken pada Juli 2022 oleh Kemenko Marves dan organisasi nonprofit Prancis tersebut.

“Untuk operasinya, SeaCleaners menunjuk perwakilan di Bali, yang bekerja sama dengan Rotary untuk pengolahan sampah,” kata Helyus Komar.

Di lokasi yang sama, Staf Ahli Kemenko Marves Bidang Sosio-Antropologi Basilio D. Araujo menjelaskan kapal Mobula 8 itu rencananya bakal beroperasi selama 1 tahun di Bali sebelum melanjutkan kegiatannya mengangkut sampah di laut di Labuan Bajo dan Raja Ampat.

Di Bali, kapal itu tidak hanya akan mengangkut sampah di sekitar Pelabuhan Tanjung Benoa, tetapi juga di kawasan hutan bakau di sekitar Benoa, dan perairan di bawah Jalan Tol Laut Bali Mandara.

Basilio menjelaskan Bali terpilih menjadi daerah operasi kapal, karena perairan Pulau Dewata kerap mendapat sampah laut kiriman dari arah Sulawesi. Oleh karena itu, kapal Mobula 8 menjadi salah satu cara menghentikan laju sampah agar tidak bergerak ke perairan lainnya.

“Kiriman sampah semua dari Sulawesi dan daerah lain masuk ke sini sampai ke Labuan Bajo, kemudian dapat tembus ke Kutub Selatan. Kami sebagai negara melakukan langkah kecil yang dapat dilakukan. Sampah kiriman itu, dengan kapal sekecil ini mudah-mudahan nanti di provinsi lain ada lagi alat seperti ini bisa membantu juga sampah kiriman dari daerah lain,” kata Basilio.

Kapal Mobula 8 itu dijadwalkan beroperasi selama 5 hari dalam seminggu dengan waktu kerja 7 jam sehari. Mobula 8, sebagaimana dijelaskan SeaCleaners dalam laman resminya, dapat mengangkut sampah di wilayah 15.000 meter persegi per jamnya, dan 18 kilometer persegi per tahun.

Untuk sekali operasi, Mobula 8 dapat mengangkut 2,4 ton lebih sampah padat dari laut, dan 600 liter sampah cair. Kapal tersebut dilengkapi dengan jaring dan alat pengangkut sampah, yang dapat secara otomatis membawa sampah ke meja sortir di atas kapal. Kapal tersebut dioperasikan oleh satu orang nahkoda, dan 1–2 orang yang bertugas memilah sampah.

Manajer Komunikasi Internasional SeaCleaners Elise d’Epenoux, saat ditemui di Pelabuhan Tanjung Benoa, kembali menjelaskan Bali menjadi lokasi pertama untuk operasional Mobula 8.

“Kami juga membangun dua kapal Mobula 8 dan saat ini kami mencari negara-negara yang mau bekerja sama. Beberapa menyampaikan ketertarikannya, misalnya, Thailand, Vietnam, Filipina, Uruguay, dan Senegal,” kata Elise menjawab pertanyaan ANTARA.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Adi Lazuardi

Kantor Berita ANTARA