KAMI Tidak Mendapatkan Simpati Publik

ilustrasi.

Oleh : Raavi Ramadhan )*

Sekelompok orang mendirikan Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia (KAMI). Kegiatan tersebut mendapat sambutan dingin dari masyarakat karena dianggap hanya memperkeruh situasi politik dan menguras emosi masyarakat yang saat ini fokus menangani Covid-19.

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) terbentuk dari tokoh-tokoh yang mendukung capres yang gagal menjadi presiden hingga akhirnya terpilih menjadi menteri. Alih-alih memiliki program kerja dalam menyelamatkan Indonesia. Aksi yang mereka lakukan justru tampak seperti mencari simpati publik.

Bisa dikata mereka memanfaatkan pandemi sebagai panggung untuk mendeklarasikan KAMI. Atau bisa dikata mereka adalah gerakan politik yang dibalut dengan gerakan moral karena banyak tokoh politik yang terlibat dalam deklarasi tersebut.

Politikus dari partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, sayang sekali apabila situasi pandemi saat ini, yang seharusnya kita bersatu padu menghadapi Covid-19, ada sebagian elite bangsa yang memanfaatkannnya sebagai panggung politik berbungkus gerakan moral, karena tokoh-tokoh yang terlibat dalam gerakan ini merupakan tokoh-tokoh politik.

Dirinya menyayangkan deklarasi yang dilakukan di Tugu Proklamasi tersebut, karena aksi yang mereka selenggarakan sangat tampak sekali mengabaikan protokol kesehatan. Sebab deklarasi tersebut dilakukan dengan mengumpulkan orang banyak. Dia menilai, hal ini tidak menunjukkan keteladanan bagi rakyat.

Hal tersebut tentu bukan saja menyalahi aturan yang telah ditetapkan, tetapi sungguh tidak menunjukkan keteladanan bagi rakyat yang diatasnamakannya.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI tersebut mengatakan, rakyat sudah menahan diri untuk tidak merayakan HUT Kemerdekaan RI seperti biasanya. Berbeda dengan deklarasi KAMI yang menciptakan kerumunan dan berpotensi terjadi penularan Covid-19.

Kendati demikian, ACE menilai dalam demokrasi setiap orang berhak menyuarakan pendapat. Tetapi, Ace mempertanyakan maksud dari deklarasi KAMI tersebut.  

Dia menuturkan, sudah ada mekanisme konstitusi dan perundangan apabila terdapat hal-hal yang perlu diluruskan.

Pada kesempatan berbeda, PSI berharap agar KAMI memang bertujuan untuk berangkat menyelamatkan Indonesia. Bukan kamuflase dari upaya merebut kekuasaan.

Juru Bicara DPP PSI, Nanang Priyo Utomo mengatakan, jika sebenarnya bertujuan merebut kekuasaan, alangkah lebih baik jika bersabar sebentar, tunggu sampai 2024, bertarung di Pemilu. Tidak lama lagi. Sekarang KAMI seperti kebelet kekuasaan.

Nanang menegaskan, kritik memang wajar dan penting dalam berdemokrasi. Namun rakyat sudah cerdas, rakyat dapat membedakan mana kritik yang ikhlas dan kritik kebencian serta penuh ambisi kekuasaan.

Di luar urusan motif, dia menyatakan, ditengah pandemi ini, prioritas yang harus dikerjakannya adalah turun dan membantu rakyat. Apalagi masih banyak anak Indonesia yang kesulitan belajar karena tidak memiliki smartphohe.

Ari Junaedi selaku pengamat  komunikasi politik justru mempertanyakan apa yang dilakukan oleh Rocky Gerung Cs. Ia mempertanyakan apa urgensi mendesak atas dilaksanakannya deklarasi KAMI dengan kondisi bangsa yang tengah melawan pandemi covid-19. Dirinya menilai justru lebih baik jika energi para deklarator KAMI digunakan untuk aksi nyata kemanusiaan.

Staf Pengajar di Universitas Indonesia (UI) ini merasa khawatir, keberadaan KAMI hanya akan berujung pada pemenuhan aspirasi kelompok orang yang kecewa terhadap pemerintahan Joko Widodo.

Pakar Komunikasi Politik Iman Sholeh, M.Si mengatakan aksi yang dilakukan oleh KAMI justru lebih condong kepada sikap kebencian dan gerakan anti pemerintah yang sengaja dimunculkan pada saat pandemi covid-19 berlangsung. Aksi ini dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif yang bertujuan mengganggu kinerja pemerintah dalam upaya penanganan pandemi covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi.

Iman juga menganjurkan kepada pemerintah agar mengambil sikap atas aksi ini. Terutama jika aksi tersebut hanya memprovokasi massa dan memberikan kritik tanpa solusi. Karena hal tersebut justru hanya mengganggu kinerja pemerintah.

Sementara untuk masyarakat awam, dirinya meyakini bahwa mayoritas masyarakat sudah paham dan mengerti apa tujuan aksi yang dilakukan oleh KAMI.

Mereka semata-mata ingin muncul dalam panggung politik yang dibalut dengan pemikiran yang seolah kritis namun dilatarbelakangi kebenciannya terhadap pemerintah.

Iman juga menyarankan agar pemerintah dapat memberikan pemahaman-pemahaman positif terhadap apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah, baik dalam tentang kemajuan pembangunan meupun penanganan pandemi covid-19, sehingga masyarakat paham atas apa yang sudah dilakukan pemerintah hingga saat ini.

Rakyat sudah cerdas dan dapat mengetahui mana yang merupakan aspirasi rakyat, dan mana yang mengumpulkan masa untuk mencari panggung politik karena gagal move on di pemilu 2019 lalu.

)* Penulis adalah kontributor LSISI