Karena Ada Yang tidak Jujur, Akhirnya Desa Bondalem Dikarantina Karena Covid-19

Suasana diskusi soal Covid-19 (foto antara).

INFODENPASAR.ID, Denpasar – Desa Bondalem, Buleleng sempat dikarantina dari tanggal 3 hingga 17 Mei 2020, akibat ada 16 warganya yang positif COVID-19. ( https://www.infodenpasar.id/16-warganya-positif-covid-19-desa-bondalem-terapkan-karantina ), Karantina yang melibatkan seluruh masyarakat desa Bondalem tidak boleh keluar dari desa dan ada satu banjar (Celagi Batur) tidak boleh keluar dari rumah masing-masing selama dua minggu.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, hal ini terjadi karena pasien positif pertama di desa ini tidak jujur bahkan ngotot bahwa dirinya tidak pernah pergi ke Surabaya (zona merah). “Ketika sakit dan diperiksa, pasien itu juga ‘ngotot’ mengatakan tidak pernah pergi ke luar daerah. Ini tentu berbahaya bagi petugas yang menangani karena menjadi kurang waspada,” ujarnya saat menjadi narasumber dalam penyerapan aspirasi secara virtual dalam masa reses anggota DPD RI Made Mangku Pastika, di Denpasar, Rabu (20/5/2020).

Ditambahkan Suarjaya pasien tersebut, kemudian akhirnya menginfeksi pembantunya, anggota keluarga yang lainnya, pedagang warung di sebelah rumah, hingga sampai ke pedagang pasar. “Ketika sudah pedagang di pasar yang kena, bisa dibayangkan jumlah orang yang terinfeksi bisa bertambah dengan sangat cepat,” ucapnya. Dalam catatan berikutnya, di Desa Bondalem telah ada 20 orang yang positif COVID-19 hingga menjadi negatif dan status karantina dicopot tanggal 17 Mei 2020.

Suarjaya juga menjelaskan peningkatan kasus transmisi lokal COVID-19 masih saja terjadi karena ada kesan masyarakat yang “meboya” atau tidak percaya dengan anjuran protokol kesehatan dalam pencegahan COVID-19.

“Banyak juga yang meboya sehingga ramai-ramai minum arak dan menyebabkan tingginya kasus transmisi lokal. Seperti yang terjadi dari akhir April, kasus transmisi lokal terus meningkat,” katanya pada diskusi virtual yang juga menghadirkan Kepala Pelaksana BPBD Bali Made Rentin, Dirut RS Puri Raharja dr Nyoman Sutedja, dan sejumlah praktisi kesehatan itu.

Di sisi lain, ujar Suarjaya, “kontribusi” kasus COVID-19 di Bali yang besar disumbangkan oleh pekerja migran Indonesia yang kembali ke Pulau Dewata, yang jumlahnya total mencapai sekitar 22 ribu, namun saat ini belum semua pulang ke Bali.

“Jika dilihat dari faktor risiko penyebaran COVID-19 di Bali memang masih didominasi ‘imported case’ atau dari pekerja migran Indonesia. Jika melihat data kasus COVID-19 di Provinsi Bali hingga Selasa (19/5), jumlah kumulatif kasus positif sebanyak 363 orang dan dari jumlah tersebut kasus transmisi lokal sejumlah 141 orang.

“Sedangkan pasien yang sembuh ada 267 orang dan yang meninggal masih tetap empat orang. Mudah-mudahan tidak bertambah lagi,” ucapnya.

Dari sembilan kabupaten/kota di Bali, kasus transmisi lokal COVID-19 yang tertinggi ada di Kabupaten Bangli, Kota Denpasar, Buleleng dan Kabupaten Karangasem. Yang jelas, sembilan kabupaten/kota di Bali semuanya sudah ada kasus positif COVID-19.

Made Mangku Pastika

Sementara itu, anggota DPD RI Dapil Bali Made Mangku Pastika mengatakan memang perlu upaya lebih keras untuk mengedukasi masyarakat soal pencegahan dan penerapan disiplin protokol kesehatan COVID-19.

“COVID-19 sebenarnya tidak minta banyak dari kita, cukup pakai masker, rajin cuci tangan, disiplin menjaga jarak dan minta kita supaya lebih sehat. Sebenarnya tidak susah-susah amat jika dikerjakan dengan baik, tetapi sayangnya ada kelompok masyarakat yang sengaja ‘meboya’ dulu biar kelihatan beda,” ucap Pastika.

Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengapresiasi upaya penanganan COVID-19 di Pulau Dewata yang dinilai berhasil karena tingkat kesembuhan tinggi dan telah mendapat apresiasi pemerintah pusat.

Pastika mengatakan “trio” birokrat Pemprov Bali yang menjadi garda terdepan dalam penanganan COVID-19 di daerah itu yakni Sekda Bali Dewa Made Indra, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, dan Kepala Pelaksana BPBD Bali I Made Rentin memang benar-benar figur yang andal.

“Saya awalnya agak ketar-ketir, tetapi kemudian menjadi optimistis dengan kesiapan yang telah dilakukan semua pihak di Bali,” ujarnya.

Menurut Pastika, Bali memang senantiasa menjadi perhatian dan Bali memang harus menjadi pelopor dalam bidang apapun karena dari dulu sudah biasa seperti itu.

“Melalui kesempatan diskusi secara virtual ini, saya ingin mendapatkan masukan terkait situasi eksisting COVID-19 di Bali dan rencana penanganan ke depan. Termasuk dukungan terobosan apa yang diinginkan disampaikan melalui DPD untuk disampaikan ke pusat,” ucap mantan Kapolda Bali itu.

Pastika mencontohkan untuk pemeriksaan sampel spesimen swab yang dulu harus dibawa ke Balitbangkes Kementerian Kesehatan untuk mengetahui pasien positif COVID-19 atau kah tidak.

“Namun dengan akses yang saya miliki, saya langsung menelepon Bapak Doni Monardo, sehingga akhirnya Bali cepat mendapat izin dari Kementerian Kesehatan untuk bisa melakukan pemeriksaan swab di RSUP Sanglah sehingga mempercepat penanganan pasien yang terinfeksi COVID-19,” kata anggota Komite II DPD RI itu.

 
Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Triono Subagyo

Kantor Berita ANTARA

Tim INFODENPASAR.ID