Kemenkes Dorong “Medical Tourism” di Bali Bantu Devisa Negara

Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono Sp.PD, Ph.D, KEMD. (Antara/Ayu Khania Pranisitha/2021)

INFODENPASAR, Denpasar – Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono mengatakan keberadaan wisata kesehatan (medical tourism) dalam bidang kecantikan di Bali menjadi salah satu upaya agar Indonesia tidak kehilangan devisa negara sekitar lebih Rp100 triliun.

“Yang dimaksud medical tourism adalah bagaimana yang Rp100 triliun ke luar negeri ini bisa tetap ada di Indonesia, misalnya dengan membangun klinik-klinik center of excellent di Indonesia, sehingga kita tidak kehilangan devisa negara lagi. Banyak orang harus pergi ke Singapura, Malaysia, AS dan lainnya (untuk layanan kecantikan),” kata Wamenkes saat ditemui di RSUP Sanglah Denpasar Bali, Jumat (18/06/2021).

Ia mengatakan melalui wisata kesehatan ini diharapkan bisa menyelamatkan kurang lebih Rp100 triliun dalam satu tahun. Karena saat ini masih dalam situasi pandemi, sehingga masih sebatas perencanaan. Dengan harapan, saat pandemi mereda wisata kesehatan di bidang kecantikan ini dapat terealisasi.

“Layanan ini nantinya dikembangkan di rumah sakit, bidang estetika. Jadi, itu sudah termasuk perawatan kulit, bedah plastik, perawatan gigi, dan sebagainya yang biasa orang-orang lakukan pengobatan dan perawatan ke luar negeri,” katanya.

Proses yang sudah dilakukan mulai dari konsolidasi, meninjau lokasi, konsolidasi secara sistem, dan melihat kesiapan RS Sanglah dalam mengembangkan wisata ini.

Direktur Utama RSUP Sanglah Denpasar dr. I Wayan Sudana menambahkan RSUP Sanglah sedang mempersiapkan wisata kesehatan dalam bidang kecantikan. Mulai dari pembelian alat-alat hingga menyiapkan SDM dalam hal ini dokter dan perawat.

“Sejauh ini yang sudah ada kami miliki, yaitu ketenagaan. Kalau tenaga tidak ada masalah, kecuali perawat yang perlu tambahan. Peralatan ada beberapa yang nanti didukung. Bangunan, kalau ini kan masih konvensional, pelayanan seperti dermatokosmetik. Dengan bangunan seluas itu tentu tidak cukup ketika kami membentuk brand image yang kuat,” katanya.


Oleh : Ayu Khania Pranishita
Editor : Endang Sukarelawati

Kantor Berita ANTARA