New Normal Bukan Berarti Masyarakat Bebas Beraktivitas

Oleh :  Edi Jatmiko )*

Wabah virus covid-19 semakin berkepanjangan, seperti tiada akhirnya. Keputusan Presiden RI mengenai diagendakannya New Normal pun menjadi solusi terbaik, namun bukan berarti rakyat jadi lengah, karena New Normal tidak berarti membebaskan rakyat untuk melakukan kegiatan seperti sedia kala.

Negara Indonesia kini sedang diambang kegelisahan, satu sisi rakyat yang akan jadi korban jika diberlakukan peraturan New Normal, karena salah mengartikan New Normal. Di lain sisi, ketika kebijakan baru ini tidak diberlakukan, ekonomi Indonesia akan semakin menurun.

Wacana tersebut membuat Presiden RI, Jokowidodo, pun akan segera melaksanakan kebijakan New Normal untuk diterapkan di Negara Indonesia demi kebaikan bersama. Namun perlu diingat, untuk dapat menjalankan New Normal dengan baik, masyarakat pun harus mengerti betul apa itu yang dimaksud New Normal sesuai aturan pemerintah.

Kegiatan ekonomi mungkin saja bisa bangkit, tetapi bagaimana keadaan rakyatnya jika melaksanakan New Normal hanya untuk keperluan ekonomi Negara? Pada dasarnya, penerapan kebijakan baru itu bukan hanya untuk ekonomi saja, tetapi demi keseluruhan sektor.

Mengenai penertian New Normal yang sesungguhnya, sesuai arahan pemerintah. Ahmad Yurianto selaku juru bicara pemerintah, mengenai penanganan Covid-19 ini pun unjuk jari mengartikan New Normal, yang mengartikan bahwa tetap berlaku produktif di tengah-tengah Covid-19, namun tetap dapat terlindungi dari Covid-19.

Untuk mendukung hal tersebut, tentunya butuh kesadaran dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Baik dari tetap melaksanakan aturan protocol kesehatan yang berlaku, seperti menggunakan masker setiap hendak keluar rumah, rajin cuci tangan, menjaga kebersihan dan lain sebagainya.

Melihat dari sektor kesehatan, tetap melaksanakan aturan protocol kesehatan demi menghindar dari Covid-19 di saat sedang sibuk mlaksanakan kegiatan di rumah, adalah upaya melaksanakan New Normal.

Di saat semua orang sibuk, dan menjaga jarak masih banyak yang melanggar, harus ada upaya perlindungan ketat terhadap tubuh, dengan menggunakan masker. Sehingga New Normal berarti membiasakan diri terhadap lingkungan yang juga banyak Covid-19 yang masih saja sering mengancam kesehatan masyarakat.

Ketika New Normal sudah digalakkan, sektor pendidikan pun juga akan mulai pulih kembali. Banyak siswa dan guru, mulai membiasakan diri berdampingan dengan wabah ini. Tetapi dari kalangan siswa dan guru harus tetap menjaga kesehatan masing-masing. Begitu juga dengan sektor yang lain.

Tanggapan tentang mengartikan New Normal juga diutarakan oleh Prof Wiku Adisasmita, dengan jabatan Ketua Tim Pakar Gugus Tugas dalam Percepatan Penganagan kasus Covid-19 ini, bahwa New Normal adalah pola membiasakan diri atau adaptasi dan tetap beraktivitas namun ada upaya mengurangi kontak fisik serta menghindari kerumunan.

Sehingga New Normal sesuai pendapat Prof Wiku, bahwa meskipun masyarakat sibuk dengan kegiatannya masing-masing tetap ada upaya jaga jarak. Bahkan ia juga mengatakan bahwa hendaknya bekerja, bersekolah, dan aktivitas yang lain masih dianjurkan dilaksanakan dari rumah.

Hal ini pun bisa didefinisikan bahwa New Normal, bukan berarti ada upaya untuk bebas keluar rumah tanpa menggunakan peralatan kesehatan dari Virus ini. Melainkan membiasakan diri agar tetap terhindar dari wabah ini.

Apalagi, ketika New Normal sudah benar-benar dilaksanakan, ada banyak perusahaan yang sudah aktif, bekerja di luar rumah pun tetap dijalankan, sektor usaha lain, rumah makan dan tempat wisata misalnya, juga sudah beroperasi, banyak masyarakat yang tidak tahan lagi untuk beraktivitas, masyarakat seperti ini yang harus dapat diarahkan untuk tetap memakai alat protocol kesehatan.

Dengan demikian, adanya Skema New Normal tidak lagi menjadi hal yang bisa diartikan untuk membebaskan diri menjalankan aktivitas seperti sedia kala sebelum adanya Pandemi Covid-19, melainkan pola membiasakan diri hidup berdampingan dengan Covid-19 dan tetap menjaga kesehatan.

)* Penulis adalah aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini