Optimis Indonesia Menang Lawan Covid-19

ilustrasi.

Oleh : Zakaria )*

Masih ingatkah dengan kisah pasien 1,2 dan 3 yang sembuh dari covid-19? Mereka sembuh tanpa menggunakan vaksin khusus untuk corona. Tapi mereka bisa dinyatakan sembuh. Masyarakat pun harus optimis bahwa Covid-19 dapat sembuh dan  Indonesia mampu keluar dari krisis akibat wabah penyakit menular ini.


Kesembuhan pasien Covid-19 tidak hanya disebabkan karena pengobatan di rumah sakit saja, tetapi juga melibatkan sisi psikologis pasien untuk tetap berpikir positif dan optimis untuk bisa sembuh.

Hal tersebut menunjukkan bahwa menjaga kesehatan badan di saat wabah covid memang sesuatu yang penting, namun yang tidak kalah pentingnya juga menjaga kesehatan mental.

Tentu saja semangat mereka patut untuk diduplikasi, dimana efek dari pandemi covid-19 ternyata berdampak secara psikis yang tidak main-main.

Tidak sedikit perusahaan yang merumahkan karyawannya untuk sementara, beberapa restoran terpaksa memangkas 50% dari karyawannya untuk mengurangi beban keuangan.

Banyak buruh menjadi pengangguran, daya beli masyarakat menurun, harga smartphone melonjak drastis karena sulitnya pengiriman barang.

Semua terdampak oleh sesuatu yang tampak. Pandemi ini juga berdampak pada orang tua yang secar tiba-tiba harus menjadi guru untuk anaknya, tentu saja tidak banyak orang tua yang dapat mengajar anaknya selayaknya guru di sekolah.

Banyak anak sekolah ataupun mahasiswa yang merasakan kejemuan selama mengikuti himbauan untuk belajar dirumah. Hingga akhirnya mereka menganggap bahwa tanggal merah sudah tidak lagi spesial.

Kita memang tidak bisa mengatur negara dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa ini untuk senantiasa mematuhi segala protokol yang ada. Karena kelaparan adalah ancaman yang tak dapat dibiarkan, sehingga kerumunan di pusat perbelanjaan sulit untuk diantisipasi.

 Tentu saja bentuk kepatuhan terhadap protokol pemerintah haruslah dimulai dari diri sendiri dan keluarga dekat.

Kita pun harus menjaga optimisme diri untuk dapat terbebas dari ancaman virus corona.

Pada sebuah kesempatan talkshow di kanal youtube, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin sempat meyatakan bahwa pemerintah tidak pesimis dalam menghadapi pandemi virus corona. Ia pun meminta agar masyarakat Indonesia tidak berputus asa.

Dalam agama, putus asa adalah sesuatu yang tidak dibolehkan. Sebagai bangsa pejuang tentu harus punya semangat untuk mengatasi. Semangat bangkit dan bersatu untuk mengatasi. Semangat bangkit dan bersatu untuk Indonesia lebih sehat.

Menurut Ma’ruf, pemerintah sejauh ini sudah melakukan berbagai upaya dalam menghadapi pandemi covid-19. Ia juga berharap agar pandemi ini bisa segera teratasi.

Dirinya juga mengakui bahwa Hari Raya Idul Fitri kali ini amatlah berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lebaran kali ini dirayakan dengan penuh kehati-hatian di masa penyebaran virus corona.

Sholat ied dilakukan dirumah, tidak ada halal bi halal keliling, bahkan sebagian jalan di desa-desa diberi portal untuk mengurangi potensi penularan covid-19.

Dalam kesempatan tersebut, Ma’ruf Amin juga berpesan agar anak-anak muda atau kaum milenial untuk selalu menjaga kesehatan dan mematuhi imbauan pemerintah terkait pencegahan penyebaran virus corona.           

Selain itu ia juga menyarankan kepada anak muda agar senantiasa menjaga jarak. Dan mampu menahan kejenuhan untuk menjaga imunitas. Kejenuhan selama di rumah tentu tidaklah mengenakkan.

Mengisi kejenuhan dirumah seperti belajar bermusik atau mencoba bercocok tanam tentu saja bisa menjadi alternatif untuk menghilangkan kebosanan.

Pada kesempatan berbeda, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas/PPN) mengatakan, optimisme harus tetap terus dijaga dalam menghadapi pandemi virus corona

Untuk menjaga optimisme tersebut, langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan menyaring informasi dari berita yang terpercaya, jangan sampai berita hoax yang tersebar di grup whatsApp lantas dipercaya sebagai rujukan tanpa mencari informasi lain sebagai pembanding.

Menunjukkan rasa optimis juga bisa diwujudkan dengan menciptakan karya seni, contohnya seperti Subur Dani seorang jurnalis di Aceh yang meluncurkan sebuah lagu berjudul “Sembuhlah Dunia”. Lagu tersebtu berisi pesan tentang ajakan membangun optimisme pada masyarakat dalam melawan pandemi virus corona.

Subur bercerita, bahwa dalam lagu tersebut disampaikan bahwa saat musibah tiba, maka yang sangat terdampak adalah psikologis.

Menjaga pikiran untuk tetap positif dan meyakini wabah tersebtu akan berakhir juga dapat berpengaruh bagi meningkatnya imunitas tubuh. Jika imunitas meningkat, maka virus corona akan sulit menyerang tubuh.

)* Penulis adalah mahasiswa Universitas Pakuan Bogor