Remaja Bali Lestarikan Lukisan Klasik Wayang Kamasan di Pesta Kesenian Bali

Perwakilan kabupaten/kota saat mengikuti lomba lukisan klasik Wayang Kamasan pada Pesta Kesenian Bali di Taman Budaya, Denpasar, Selasa (21/6/2022). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari

INFODENPASAR, Denpasar – Puluhan remaja binaan Kota/Kabupaten se-Bali mengikuti lomba lukisan klasik Wayang Kamasan pada Pesta Kesenian Bali, di Taman Budaya, Denpasar, Selasa (21/06/2022).

“Lomba lukisan klasik Wayang Kamasan ini orientasinya bagaimana melakukan pelestarian terhadap seni dan budaya,” kata I Wayan Gulendra selaku juri lomba lukis Wayang Klasik disela-sela lomba.

Gulendra menyebut peserta dalam lomba yang berlangsung tiga jam di panggung Kalangan Ayodya ini merupakan anak remaja mulai dari siswa SMP yang dipilih menjadi delegasi kabupaten/kota.

Lukisan wayang klasik sendiri dijelaskan Gulendra sebagai seni tradisi turun temurun, dengan gaya yang memiliki pakem atau pedoman, yang salah satunya berasal dari Kamasan, Kabupaten Klungkung.



“Melukis figur Wayang Kamasan tidak mudah, kita akan lihat keutuhan karyanya, unsur-unsur pakemnya, karena ada norma yang harus diikuti sesuai yang ada di Kamasan,” ujar juri yang merupakan Dosen Seni Lukis ISI Denpasar itu.

Dalam penilaiannya, para juri akan mengategorikan berdasarkan sisi warna, bentuk, ornamen, serta makna lukisan secara narasi untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan para peserta dalam memahami seni tersebut.

Selain itu, sebelum berlomba para peserta dibekali aturan terkait tema Pesta Kesenian Bali ke-44, yaitu Danu Kerthi Huluning Amreta, Memuliakan Air Sumber Kehidupan. Lewat tema tersebut para peserta dapat mengembangkan pengetahuannya.

“Ini ada hubungannya tentang air jadi bagaimana peserta mengangkat tema misalnya kisah Bima Dewa Ruci, Tirta Kamandalu, atau garuda dengan naga. Biasanya yang sulit ketika anak-anak ini membangun pakem yang benar dan memahami cerita,” kata Gulendra kepada media.

Juri pada lomba lukisan klasik Wayang Kamasan di PKB 2022 ini terdiri dari I Wayan Gulendra, Made Benny Yuda, dan Wayan Kondra, tiga orang dosen seni sekaligus seniman asli Pulau Dewata.

Tiga orang pemenang akan dicari dalam lomba ini, namun dikatakan Gulendra bukan juara yang menjadi acuan penyelenggara, melainkan upaya pendekatan dengan generasi muda untuk mau melanjutkan seni lukisan wayang.

“Ini lomba berlanjut terus meskipun sempat terhenti karena pandemi COVID-19, karena targetnya adalah pelestarian, pembinaan, penggalian dan pengembangan seni lukisan klasik Wayang Kamasan,” ujar I Wayan Gulendra.


 
Oleh : Ni Putu Putri Muliantari
Editor : Zita Meirina

Kantor Berita ANTARA