Deradikalisasi Cegah Radikalisme dan Terorisme

Oleh : Dodik Prasetyo )*

Kaum radikal semakin pintar saja dalam mempengaruhi masyarakat untuk ikut membenci pemerintah, dengan menebar berita hoax. Pemerintah tak tinggal diam dan merancang program deradikalisasi, agar rakyat makin cerdas dan tahu bahwa itu hanya cara mereka untuk menarik simpati. Program deradikalisasi ini dilakukan tidak hanya kepada napi ex teroris, tapi juga ke masyarakat sipil.

Program deradikalisasi adalah langkah pemerintah untuk mencegah terorisme dan radikalisme di kalangan masyarakat, dan juga menyembuhkan para narapidana teroris dari paham radikal.  Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi kasus terorisme yang merusak tempat umum dan memakan korban jiwa, seperti pelemparan bom di kantor polisi, penusukan pejabat, dan pembunuhan terhadap tenaga medis.

Pengamat Intelijen, Susaningtyas Kertopati menyatakan bahwa program deradikalisasi harus digencarkan kembali, tak hanya di dunia nyata tapi dunia maya. Nuning, panggilan akrabnya, melontarkan pernyataan ini karena kenyataannya semakin banyak berita hoax dan post truth di internet. Masyarakat digiring untuk mempercayai berita tentang kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan, padahal itu adalah pernyataan yang dipelintir kebenarannya.

Masih ada saja yang percaya berita hoax dan umumnya mereka adalah kaum tua yang baru saja mengenal internet. Mereka menganggap bahwa semua berita yang ada di media online itu sama validnya dengan koran cetak. Padahal kenyataannya, semua orang bisa menulis di internet, termasuk kaum radikal yang terus memproduksi berita hoax.

Cara agar kaum tua lebih waspada akan hoax, agar tidak terseret masuk kaum radikal, adalah dengan edukasi. Jelaskan kepada mereka, mana saja media online yang beritanya bisa dipertanggungjawabkan. Tegaskan juga untuk jangan mudah mempercayai suatu berita yang judulnya menghebohkan.

Deradikalisasi tak hanya dilakukan di dunia maya, tapi juga dunia nyata. Program ini bisa dilakukan di kampus, karena kaum radikal pada umumnya mendekati mahasiswa lewat kegiatan UKM. Jika bisa, ditambah mata kuliah kewiraan di semester pertama, pada setiap mahasiswa semua jurusan. Jadi mereka diajarkan tentang nasionalisme, cinta tanah air, dan kekejaman kaum radikal. Mahasiswa jadi tidak mudah terkena rayuan dari kaum teroris yang menyaru sebagai orang yang terlihat bijak, namun diam-diam sedang melakukan perekrutan anggota baru.

Prohgram deradikalisasi bisa dilakukan tidak hanya di kampus, tapi juga di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat TK sampai SMA.  Jika di TK maka bisa disarankan untuk menyelenggarakan upacara bendera tiap senin, dan di hari-hari besar lainnya. Murid-murid juga bisa diajak untuk menghafal lagu-lagu nasional agar mencintai negerinya sejak dini.

Sementara siswa level SD hingga SMA bisa diberi pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Tidak hanya dengn teori dan menghafal pasal-pasal UUD, tapi dengan praktek. Misalnya mereka diajak untuk ziarah ke taman makam pahlawan dan museum yang menyimpan benda bersejarah sisa peperangan. Saat tour ke museum, guru juga bisa menceritakan tentang kisah heroisme pahlawan, jadi rasa nasionalisme mereka bisa naik.

Dengan cara-cara ini, diharap murid-murid tidak akan mudah kena bujuk oleh kaum radikal. Karena mereka tahu bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya diraih karena usaha dari satu kaum, melainkan dari perjuangan pahlawan-pahlawan yang berasal dari suku dan agama yang berbeda-beda. Mereka jadi bisa menghargai perbedaan dan belajar untuk tidak mengkafirkan orang lain.

Deradikalisasi bisa dijalankan di dunia maya dan nyata. Di dunia maya, kita wajib waspada akan berita hoax yang dibuat oleh kaum radikal. Cek kebenarannya dan jangan langsung disebar ke grup WA lain. Sementara di dunia nyata, murid-murid SD hingga SMA serta mahasiswa dilatih agar mencintai tanah air dan menyalakan semnagat nasionalisme di dalam dada. Agar mereka tidak percaya ebgitu saja terhadap bujuk rayu kaum radikal.

)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)