Pertamina Tambah 138.320 Tabung LPG Subsidi di Bali

Petugas stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE) mengisi ulang gas dalam tabung LPG ukuran tiga kilogram di Denpasar, Bali, Minggu (30/7/2023). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna

INFODENPASAR, Denpasar – PT Pertamina (Persero) menambah pasokan liquified petroleum gas (LPG) subsidi ukuran tiga kilogram di Bali sebanyak 138.320 tabung untuk menjamin ketersediaan selama libur panjang Idul Fitri 1445 Hijriah.

“Setiap kabupaten dan kota di Bali mendapatkan tambahan yang bervariasi,” kata Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Pertamina Patra Niaga Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat Ahad Rahedi di Denpasar, Bali, Selasa (09/04/2024).

Ia menjelaskan tambahan pasokan itu dilakukan secara bertahap sejak H-7 Lebaran hingga H+7 Lebaran 2024.

Adapun jumlah tambahan tersebut mencapai 53 persen dari rata-rata konsumsi normal harian LPG tiga kilogram pada April 2024 sebesar 262.897 tabung per hari atau setara 789 metrik ton per hari.

Dia menjelaskan penambahan tersebut mengantisipasi peningkatan kebutuhan yang diproyeksikan naik sebesar 2,2 persen dibandingkan konsumsi harian normal, yang diperkirakan terjadi pada H-3 dan H+2 Lebaran.

“Kami tidak ingin momen hari raya ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang mengambil keuntungan dengan meningkatkan harga jual di atas harga eceran tertinggi (HET),” imbuhnya.

Untuk besaran HET LPG subsidi ukuran tiga kilogram sesuai yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp18 ribu per tabung.

Ahad menambahkan stok LPG untuk wilayah Bali terpantau masih aman karena ditopang oleh Terminal Integrasi Manggis di Kabupaten Karangasem dengan total stok LPG saat ini mencapai 3.356 metrik ton.

“Dengan konsumsi normal harian 816 metrik ton per hari, stok saat ini sangat aman. Adapun tambahan tersebut berbeda besaran untuk tiap kota dan kabupaten berdasarkan pantauan kenaikan konsumsi,” imbuhnya.

Di sisi lain, ia mengajak masyarakat membeli LPG di pangkalan resmi dengan jumlah yang wajar sesuai kebutuhan, agar mendapatkan harga sesuai HET dan stok di pangkalan resmi juga melimpah.

“Rata-rata alasannya (tidak beli di pangkalan) karena praktis cari yang dekat. Kalau begitu, ketika harganya melambung di pengecer harusnya masyarakat tidak perlu resah akibat pilihan sendiri. Ini sama halnya seperti mengeluhkan harga BBM eceran,” katanya.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Kelik Dewanto

Kantor Berita ANTARA